Sarana Untuk Berbagi Informasi


Kilas Balik Bencana Alam 2018 Di Indonesia, Melawan Lupa !

Ass.wr.wb
KILAS BALIK BENCANA ALAM 2018 DI INDONESIA, MELAWAN LUPA !Tahun telah berganti ke 2019 meninggalkan tahun 2018 yang banyak dipenuhi catatan kelam dan duka yang di alami bangsa Indonesia. Tahun 2018 mungkin dapat dikatakan sebagai Tahun Duka Indonesia, catatan duka dan kelam tersebut disebabkan oleh terjadinya berkali-kali berbagai bencana alam seperti erupsi gunung berapi, banjir bandang, tanah longsor dan gempa bumi yang juga disertai tsunami. Jika dilihat dari kriteria dampaknya berupa kerugian materi dan korban jiwa, maka berbagai bencana tersebut mungkin dapat dikatakan lengkap, mulai dari yang berskala kecil sampai dengan yang masif. Artikel ini disajikan dengan judul "Kilas Balik Bencana Alam 2018 Di Indonesia, Melawan Lupa", dengan tujuan agar mengingatkan kita semua agar jangan cepat melupakan saudara-saudara kita yang menjadi korban bencana alam tersebut. Bahkan memasuki awal tahun 2019 ini bencana masih terus terjadi. Januari 2019 bencana tanah longsor di Sukabumi Jawa Barat, selanjutnya banjir bandang di Sulawesi Selatan dan beberapa daerah di Pulau Jawa, yang kesemuanya mengakibatkan korban jiwa maupun kerugian materil yang tidak kecil.

Tanpa mengurangi rasa simpati kepada para korban bencana alam yang lain,   dengan mengutip berbagai sumber admin hanya menyajikan 3 bencana besar di tanah air selama tahun 2018, hal ini karena keterbatasan waktu dan ruang. Ketiga bencana tersebut adalah, sebagai berikut :

1.  Gempa Lombok

Peta lokasi bencana (Pulau Lombok bagian utara)

Terjadi di Pulau Lombok pada tanggal 29 Juli 2018 jam 06.47 WITA dengan pusat gempa 47 km timur laut kota Mataram pada kedalaman 24 km. Gempa pertama dengan kekuatan magnitudo 6,4 (umumnya diartikan sebagai Skala Richter-SR). Gempa ini terjadi sebagai akibat pergeseran sesar naik di sebelah utara Pulau Lombok. Gempa susulan terus terjadi dan dirasakan sampai dengan akhir bulan berikutnya, besarannya bervariasi dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar tercatat pada 7,0 SR.

Data akhir yang dikutip dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyebutkan sekurang-kurangnya menyebabkan korban 460 jiwa meninggal dunia, 72 ribu unit rumah rusak/hancur, 7.700 orang korban luka serta 400 ribu orang menjadi pengungsi. Kerusakan sarana dan prasana mencapai nilai trilyunan rupiah.


2.  Gempa Dan Tsunami Palu-Donggala

Peta lokasi bencana (Teluk Palu)
Terjadi di Pulau Sulawesi bagian tengah khususnya di Palu dan Donggala pada tanggal 28 September 2018 sekitar jam 18.02 WITA dengan pusat gempa 26 km utara Donggala pada kedalaman 10 km. Gempa pertama dengan kekuatan magnitudo 7,4. Musibah ini terbilang besar dari sisi korban karena  2.000  lebih korban jiwa, lebih dari 4.600 korban luka, lebih dari 1.300 orang dinyatakan hilang, lebih dari 200.000 orang jadi pengungsi ditambah kerusakan/kehancuran rumah serta sarana dan prasana lainnya yang diyakini bernilai trilyunan rupiah. Banyaknya jumlah korban salah satunya disebabkan oleh karena berkumpulnya warga yang ingin melihat pestival perayaan ulang tahun kota Palu di sekitar pantai.

Gempa ini tidak serta merta menimbulkan gelombang tsunami, namun ada jedah waktu yang cukup lama barulah tsunami terjadi. Belakangan sebagian ahli menduga bahwa tsunami terjadi lebih diakibatkan oleh terjadinya longsoran dasar laut di perairan teluk palu.

Baca juga : Bencana Gempa Dan Tsunami Palu-Donggala


3.  Tsunami Selat Sunda

Peta lokasi bencana (Selat Sunda)
Dampak bencana Tsunami Selat Sunda ini meliputi sebagian besar pantai selatan Pulau Sumatera ( wilayah Lampung Selatan) dan pantai barat Pulau Jawa. Tsunami ini terjadi pada tanggal  22 Desember 2018 sekitar pukul 21.27 WIB. BMKG semula merilis bahwa pemicunya merupakan gejala anomali air pasang, namun beberapa sa'at kemudian meralat bahwa pemicu utama terjadinya tsunami adalah erupsi gunung anak Krakatau yang menyebabkan longsoran lerengnya yang jatuh ke laut. Longsoran itulah yang menyebabkan munculnya gelombang tsunami yang menghantam pesisir pantai di sekitarnya, baik pantai pulau-pulau kecil di sekitarnya maupun pesisir pantai Pulau Sumatera bagian selatan maupun pesisir pantai Pulau Jawa bagian barat.

Tsunami ini menyebabkan jatuhnya  lebih dari 400 korban jiwa, lebih dari 7.000 korban luka ditambah puluhan korban hillang dan puluhan ribu menjadi pengungsi. Ribuan rumah mengalami rusak berat/ringan bahkan hancur total. Mirip dengan bencana gempa dan tsunami Palu-Donggala,  banyaknya korban jiwa diantaranya karena terjadinya konsentrasi massa karena adanya berbagai hajatan di sekitar pesisir pantai barat Pulau Jawa.

Hingga sa'at ini para korban terdampak bencana belumlah sepenuhnya pulih untuk melanjutkan kehidupannya. Mereka masih sangat membutuhkan bantuan, puluhan ribu masih tinggal di tenda-tenda darurat atau tempat pengungsian sementara karena mereka belum mampu membangun rumahnya kembali. Bantuan masih sangat dibutuhkan oleh mereka. Mirisnya, gaung yang menyuarakan masalah bantuan kepada korban terdampak bencana , nyaris tidak terdengar kalau tidak ingin dikatakan tidak ada. Media main stream pun tidak atau kurang memberitakan hal tersebut (kecuali beberapa stasiun televisi nasional yang masih memberitakan tentang dana kemanuasiaan yang mereka koordinir). Kebanyakan berita yang terekspos hanyalah hiruk pikuk para elit politik yang mengejar kekuasaan, terlebih lagi sa'at mendekati hari H pemilu di bulan April 2019. Media cetak maupun media elektronik hanya dipenuhi debat-debat politik yang tidak berujung pangkal, kesemuanya hanya peduli kepada tujuan untuk dapat meraih kekuasaan.

Kondisi kekurang pedulian elit politik dan media main stream ini seharusnya membuat kita malu sebagai bangsa, terlebih lagi melihat kenyataan bahwa justeru orang atau lembaga asing yang masih punya kepedulian, sebagai contoh; International Manpower (LSM dari Jepang) dengan ketuanya datang langsung ke Sulawesi Tengah untuk memberikan bantuan dan memberikan pelatihan ketrampilan (magang di perusahaan-perusahaan  di Jepang ) sebagai bekal untuk bangkit kehidupannya dari keterpurukan akibat bencana ( sultengterkini.com, edisi 9 Februari 2019).

Kita hanya dapat berharap dan berdo'a, agar Tuhan Yang Maha Esa agar menggerakkan hati mereka yang punya kekuasaan dan kewenangan untuk segera berpaling kembali dan membantu secara nyata kepada mereka yang masih menderita akibat bencana alam di tanah air. Kiranya gerakan moral Melawan Lupa perlu di gelorakan kembali - amien. Wassalam


4 comments:

  1. Semoga saja kita semua, terutama para elit tdk melupakan para korban bencana.Jangan sampai kita kehilangan nurani dan kepedulian sesama, amiennnn....

    ReplyDelete
  2. RyanPeduli21 March, 2019

    Benar...jangan buat malu bangsa dan negara, bangsa lain saja sangat peduli... Jgm cuma sibuk cari kekuasaan sj... Kepedulian merosot... ����

    ReplyDelete
  3. Ya Allah, terjadi lagi di Sentani... Berikan kekuatan dan ketabahan kpd saudara2 kami yg sdg tertimpa musibah. Segerakan limpahan berkah dan kehidupan yg jauh lebih baik... amien ya Rabb..

    ReplyDelete

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda | andytren.blogspot.com